.auto-listchap { max-height: 244px; overflow: auto; } .auto-listchap ul { padding: 0.1rem; margin: 0; } .auto-listchap li { background-color: #eee; padding: 0.3rem; margin: 0.3rem; }

Senin, 20 Februari 2017

Kerajinan dan Wirausaha Limbah Tekstil

A. Mengenal Kerajinan Limbah Tekstil
   Sejarah desain menunjukkan bahwa sejak ditemukannya pada tahun 1768, mesin uap memengaruhi perubahan teknik produksi benda-benda kebutuhan
manusia. Hal tersebut memicu pertumbuhan pabrikasi pengolahan bahan baku
dari sumber daya alam dengan menggunakan mesin. Sekitar tahun 1970-an,
mulailah timbul kesadaran dampak polusi 
lingkungan yang dihasilkan industri. 
Selain pencemaran udara, air, dan tanah, 
benda-benda yang dihasilkan dengan 
kemajuan teknologi dan mesin-mesin 
industri juga menimbulkan masalah baru, 
yakni menjadi sampah yang sulit 
diuraikan oleh alam. Sampah jenis ini 
bertambah seiring dengan perubahan 
kebutuhan hidup dalam gaya hidup 
manusia yang mendorong terjadinya 
inovasi produk baru, tanpa memperhatikan ketersediaan sumber daya alam yang 
ada. Salah satu industri yang menghasilkan limbah dalam jumlah besar adalah 
industri tekstil (memproduksi dari benang 
hingga menjadi kain), garmen (memproduksi pakaian dalam skala besar), dan 
koveksi (memproduksi pakaian dalam 
skala kecil). Industri-industri tersebut 
menghasilkan limbah kerajinan berupa 
sisa benang pada kelos, sisa potongan 
kain, dan bahan serta limbah cair dari 
pewarnaan tekstil. Limbah industri tekstil, 
garmen dan konveksi yang berupa sisa 
bahan dapat dimanfaatkan menjadi aneka 
produk kerajinan limbah tekstil.


1. Klasifikasi Produk Limbah Tekstil
a)  Produk Limbah Tekstil Daur Ulang (Recycle)
 Contoh: Kain perca yang dibuat kembali menjadi sebuah lembaran kain 
 dengan teknik patchwork.

b)  Produk Limbah Tekstil yang Digunakan Kembali (Reuse)
 Contoh: Pakaian yang dirancang ulang seolah-olah menjadi baru, misalnya 
 kaos yang sudah usang dicelup dan ditambahkan teknik sablon di atasnya.




B.  Material  Limbah  Tekstil
  Material yang digunakan untuk kerajinan limbah tekstil terdiri dari limbah 
padat atau sisa produksi, yang dihasilkan dari proses produksi. Sisa produksi dapat 
berupa sisa benang pada kones (cone ends), kain sisa (perca), sisa bahan tambahan 
seperti bisban, tali, kerah, busa pelapis dan cones bekas benang. Bahan-bahan 
tersebut dikelompokkan sesuai material dan warnanya.
   
   Limbah tekstil dapat digunakan kembali menjadi berbagai produk, baik
sebagai kerajinan atau pengolahan dengan mesin pabrikasi, berdasarkan jenis dan
sifatnya. Untuk dapat melihat potensi material limbah, pengetahuan akan bahan
baku limbah sangat diperlukan. Limbah yang berasal dari serat alam memiliki
perbedaan dengan limbah yang berasal dari seratsintetis/ buatan. Bila kita dapat
mengenali perbedaan sifat dari bahan baku material tersebut, maka kita dapat
menentukan jenis produk dan desain yang tepat dalam mengolah bahan limbah
tekstil menjadi sebuah produk kerajinan limbah.

Perbedaan Serat Alam dan Serat Sintetis

Salah satu tahap yang perlu dilalui sebelum membuat karya adalah dengan
melakukan eksplorasi pada bahan limbah tekstil atau kain yang akan digunakan.
Mengenali karakter dan sifat bahan akan sangat membantu dalam menentukan
karya yang akan dikerjakan. Bahan yang terbuat dari serat alam (organik) akan
berbeda dengan bahan yang terbuat dari serat sintetis (non organik). 

Bahan-bahan yang terbuat dari serat tumbuh-tumbuhan akan memiliki sifat
sebagai berikut :
a) Bila dibakar akan berbau seperti rambut atau kertas terbakar
b) Meninggalkan abu
c) Mudah kusut bila di remas
d) Mudah menyerap air
e) Jika diraba akan terasa hangat dan berserat

Bahan dari serabut hewan, sutera maupun bulu hewan memiliki ciri sebagai
berikut :
a) Bila dibakar akan berbau seperti tanduk atau tulang terbakar
b) Meninggalkan bundaran keras
c) Tidak mudah kusut bila diremas
d) Bahan dari wol akan terasa hangat, sedangkan dari sutera akan terasa dingin

Bahan non-organik atau sintetis yang dibuat dari hasil pengolahan minyak bumi
akan memiliki sifat sebagai berikut :
a) Bila dibakar akan berbau seperti minyak terbakar
b) Tidak mudah kusut bila di remas
c) Sulit menyerap air karena tidak memiliki pori-pori dan licin.

C.  Proses dan Alat Produksi Kerajinan dengan
Bahan Limbah Tekstil
1. Teknik Quilting 
   Pengertian quilting adalah teknik aplikasi imbuh dengan menyatukan potonganpotongan kain dengan pola tertentu. Terkadang kita perlu memberi isi di
antara lapisan kain tersebut sehingga di saat dijahit maka bagian yang tidak
terjahit akan menjadi timbul dan menciptakan tekstur yang baru secara
keseluruhan. Proses penjahitan bisa dilakukan dengan jahit tangan ataupun
dengan mesin. Quilting terdiri atas berbagai pola sesuai dengan ide, kreativitas
dan keterampilan pembuatnya. 

Langkah teknik quilting adalah sebagai berikut.
a) Buatlah gambar pola sesuai ukuran yang diinginkan pada kertas kotak-kotak.
b) Jiplak gambar pola tersebut di atas kain perca dengan menggunakan kertas
karbon.
c) Gunting kain perca sesuai pola yang telah dibuat.
d) Letakkan potongan kain perca tersebut di atas kain lain sebagai dasar.
e) Agar kain perca tidak bergeser saat dijahit, maka potongan kain perca yang
telah disusun ditempelkan pada kain dasar dengan jarum pentul.
f) Jahit semua potongan kain perca pada kain dasar dengan teknik jahit
aplikasi/ jahit setik.

2. Teknik Aplikasi Perca 
Aplikasi perca adalah menempelkan kain perca pada bahan atau produk lain
untuk menghias produk tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan adalah
seperti berikut.
a) Pilih motif atau gambar pada kain.
b)Gunting motif atau gambar pada sekeliling tepinya.
c) Rekatkan motif atau gambar tadi pada produk yang ingin dihias dengan 
menggunakan teknik jahit atau lem.

3. Makrame 
Makrame adalah bentuk kerajinan simpul-menyimpul benang atau tali.
Teknik yang digunakan pada pembuatan makrame adalah pilin, anyam,dan
beragam simpul. Teknik makrame pada kehidupan sehari-hari contohnya jaring
dan jala ikan. Kerajinan makrame dapat dibuat menjadi bentuk dua dimensi
seperti kalung dan ikat pinggang dapat pula dibuat menjadi bentuk tiga
dimensi seperti tas dan kap lampu.

4. Teknik Anyam
Teknik anyam pada dasarnya adalah teknik menggabungkan atau menjalin
bagian-bagian menjadi struktur yang lebih kuat. Teknik anyam biasanya digunakan untuk limbah panjang dan serupa dengan tali, misalnya sisa garmen dari
bahan kaos. 





5. Teknik untuk Bentuk Tiga Dimensi
Kerajinan dari limbah tekstil dapat berbentuk tiga dimensi, seperti tas, boneka,
asesoris pakaian, dan lain-lain. Teknik pembuatannya pada dasarnya serupa
dengan membuat busana, yaitu membuat pola, memotong bahan, dan membentuknya dengan bantuan teknik jahit atau lem. Bentukan kerajinan dapat
diperoleh dengan mengisi bagian dalam dengan bahan isian seperti kapas,
kapuk, dakron, dan kain perca kecil, atau dengan membuat struktur dari bahan
sehingga membentuk tiga dimensi.

6. Standar Proses Produksi Kerajinan Limbah Tekstil
Salah satu kelebihan produk yang mengolah limbah adalah pada keunikan
material yang digunakan. Agar produk yang dihasilkan dapat berfungsi dengan
baik dan bermanfaat bagi penggunanya, produk limbah ini haruslah memperhatikan kebersihan dan kerapian produk. Untuk mencapai standar dasar
produk tersebut, berikut proses kerja dalam mengolah limbah tekstil.
a) Membersihkan limbah tekstil dengan cara merendam dalam air bersih, 
untuk memisahkan kotoran dan serat atau kain.
b) Membilas limbah
c)  Mengeringkan dan memilah limbah sesuai karakter dan warna
d)  Proses persiapan bahan (menyetrika dan memilih bahan)
e)  Membuat pola sesuai desain produk yang akan dibuat
f)  Membuat mal atau cetakan baku atau bentuk dasar baku
g) Menggunting dan memberi tanda pada bagian yang ingin digabungkan 
atau disatukan.
h)  Merakit atau menjahit menjadi sebuah produk
i)  Memberi aplikasi tambahan
j) Merapikan produk
k) Memberi label
l) Mengemas produk.

D. Cara Merancang Karya Kerajinan
Limbah Tekstil
Dalam merancang sebuah karya kerajinan, berikut adalah tahapan proses yang
harus dilalui.

a.) Mengamati kebutuhan masyarakat, yakni dengan melihat secara jeli kebutuhan
yang diperlukan masyarakat pada saat ini. Sebagai contoh, saat ini para profesional
memiliki telpon genggam lebih dari satu buah sehingga dibutuhkan
dompet kecil yang dapat digunakan untuk membawa sejumlah alat komunikasi
yang dimilikinya. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa kebutuhan

masyarakat adalah wadah/dompet dengan fungsi tersebut.
b) Mencari sumber inspirasi, yakni bagaimanakah bentuk, warna, corak serta
bahan yang tepat untuk merancang dan membuat dompet/wadah tersebut.
c) Mengolah ide, inspirasi yang dijadikan ide kemudian dicatat dalam bentuk
sketsa sebagai dokumentasi dan dikembangkan alternatif desainnya.
d) Merancang proses produksi, menetapkan langkah-langkah yang harus dilakukan
untuk memproduksi karya tersebut.
e) Proses produksi, yakni mewujudkan ide tersebut menjadi sebuah benda
dengan menggunakan bahan baku yang tersedia, dan diolah sesuai dengan
fungsi dan ukuran yang dibutuhkan.


E. Pengemasan dan Perawatan Kerajinan
Limbah Tekstil
  Pengemasan karya produk dilakukan dengan mempertimbangkan untuk menjaga
kualitas produk dan memberikan daya tarik. Bentuk dan jenis material yang digunakan
untuk mengemas pun perlu dipikirkan secara teliti agar kemasan dapat
berfungsi sebagai pelindung sekaligus menambah daya tarik produk. Produk kerajinan
limbah tekstil pada umumnya memiliki estetika yang tinggi, struktur yang
lembut (tidak kaku) dan tidak terlalu rentan terhadap benturan sehingga
dapat dibuat kemasan yang memperlihatkan isinya, dan tidak perlu menggunakan
material yang terlalu keras dan tebal. Agar calon pembeli dapat melihat karya kerajinan
limbah tanpa perlu membuka kemasannya, dapat digunakan model ‘jendela’
atau untuk produk tertentu cukup dengan memberikan gantungan untuk kemudahan
membawa, keterangan merek, dan cara perawatan tanpa perlu menutup
keseluruhan produk.

F. Wirausaha di Bidang Kerajinan Limbah Tekstil
Di Indonesia, bisnis-bisnis rumahan yang merupakan bagian dari Usaha Kecil
Menengah (UKM) terus berkembang dan menjadi penopang perekonomian
daerah. Bisnis rumahan saat ini dijadikan pilhan karena seluruh kegiatannya dapat
dilakukan dari rumah tempat tinggal. Beberapa ide karya untuk produk bisnis
rumahan bisa dimulai dari hobi atau kegemaran. Adapun pemasarannya dapat
menggunakan teknologi komunikasi melalui koneksi internet.
Limbah tekstil memiliki protensi besar untuk dikembangkan menjadi kerajinan
yang memiliki nilai jual tinggi. Limbah tekstil cukup mudah didapatkan karena tekstil
merupakan salah satu produk yang digunakan pada keseharian. Limbah tekstil bisa
diperoleh dari perusahaan garmen, konveksi, penjahit atau bahkan dari pakaian􀀬
sarung bantal atau tirai bekas yang sudah tidak dapat digunakan sebagai
mana fungsi sebelumnya. Seiring dengan tumbuhnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan hidup, kerajinan limbah
tekstil pun makin diminati. Dengan demikian, kerajinan limbah tekstil menjadi
peluang berwira- usaha yang dapat dikembangkan.
Langkah-langkah dalam merancang sebuah wirausaha kerajinan limbah adalah
seperti berikut.
a. Mencari ide jenis produk limbah tekstil
b. Mempelajari jenis produk yang ingin dipasarkan
c. Membuat rencana bisnis
d. Memasarkan
e. Mendaftarkan dan mengurus surat izin usaha
f. Memiliki semangat juang yang tinggi (motivasi) dan komitmen yang tinggi
g. Mampu mengantisipasi berbagai risiko dan persaingan
    Untuk menjadi seorang wirausaha, diperlukan kemampuandengan ciri-ciri
    tertentu sebagai berikut.
1) Percaya diri
2) Berorientasi tugas dan hasil
3) Keberanian mengambil risiko
4) Kepemimpinan
5) Berorientasi ke masa depan
6) Keorisinilan/kreativitas dan Inovasi

Syarat untuk menjadi wirausaha yang berhasil.
1) Memiliki sikap mental yang positif
2) Memiliki keahlian di bidangnya
3) Mempunyai daya pikir yang kreatif
4) Rajin mencoba hal-hal yang baru









1 komentar: